Sunday 6 May 2012

Punahnya Pengrajin Batik di desa Gesikharjo kec Palang - Tuban

          Usaha batik kian merajalela, perubahan yang sangat besar ini tidak lepas dari usaha bapak SBY (Susilo Bambang Yudoyono) untuk melestarikan budaya asli indonesia yang pernah terpuruk. Tapi mengapa tidak di desa saya???
           Saya ingat waktu saya kecil dulu di desa saya tepatnya di daerah Tuban desa Gesikharjo Kecamatan Palang, banyak tetangga-tetangga saya yang sehari-harinya menghabisakan waktunya untuk membatik. Tidak hanya tetangga, mbak dan ibu saya pun turut membatik. Namun sejak sekitar tahun 1997 sampai saat ini saya sudah tidak pernah lagi melihat orang membatik di desa saya. Iya benar, semua karena dampak krisis moneter pada saat itu yang membuat para pengusaha dan pengrajin batik gulung tikar termasuk di daerah saya. Memang ada beberapa pengusaha yang bisa bangkit lagi, namun tidak bagi para pengrajin kecil, sekali mereka pindah profesi jadi petani/pedagang misalnya, mereka enggan untuk menekuni usahanya yang dulu kembali.  Hasilnya juga lebih memuaskan.
           Punahnya para pengrajin batik di desa Gesikharjo ini dikarenakan sektor ekonomi desa yang kian maju karena adanya tempat ziarah sunan Maulana Malik Ibrahim Asmoro Qondi. Sebelum tahun 2000, tempat ziarah ini masih di biarkan apa adanya yakni hanya berupa masjid dan makam peninggalan kanjeng Sunan. Namun seiring dengan makin ramainya orang yang berziarah di tempat ini, para pamong desa dan tokoh masyarakat sekitar berinisiatif membangun terminal yang khusus di pakai untuk tempat parkir kendaraan para peziarah. Dan dampak dari pembangunan ini sangat luar biasa. Perlu di ketahui bahwa jarak antara masjid dan tempat parkir adalah sekitar 500 meter, di sepanjang jalan tersebut dipenuhi oleh stand-stand yang menjual berbagai souvenir,makan, persewaan mck, dan lain sebagainya. semua pemilik stand rata-rata adalah penduduk asli di desa Gesikharjo. Jika sedang ramai-ramainya tidak menutup kemungkinan pendapatan merekapun berlimpah, dari persewaan MCK saja pemilik bisa mendapatkan pemasukkan seharinya bisa sampai 1 juta rupiah. Iya kebetulan mbak saya punya persewaan MCK ditempat itu, jadi data ini sangat valid.
             So.....buat apa harus kembali menjadi pengrajin batik yang nota bene pendapatanya lebih kecil, waktu penyelesaian untuk selembar kain batik saja bisa berminggu-minggu/ berbulan-bulan? mungkin inilah yang menjadi pemikiran orang2 di desa saya. dan saya juga setuju dengan pemikiran seperti itu. Namun dalam hati kecil saya, saya masih ingin batik dari desa saya muncul kembali ke permukaan sehingga bisa menyaingi batik kerek yang terkenal dengan batik gedoknya. dan  cita-cita saya suatu saat nanti adalah mempunyai batik produksi sendiri dengan mendirikan perusahan garment batik dengan ciri-ciri khusus dari daerah saya, mungkin bisa juga saya menciptakan motif sendiri.hehehe..gak papalah bermimpi, semoga az bisa jadi kenyataan..amiiin..mohon Doanya!(^_^)

eitz jangan lupa belanja ya di Grosir Batik Collection...

No comments:

Post a Comment